Suatu hari ada suami-istri yg sedang bercengkrama, saat itu sang istri sedang sakit. Di tengah pembicaraan mereka terhenti, dan tiba-tiba suami pergi meninggalkan istri tanpa pamit. Sang istri merasa bingung dan berusaha mencari suaminya.
“Dimanakah suamiku??”
Dia berjalan menyusuri hutan dengan muka pucat akibat sakitnya, tiap tampak orang dari kejauhan ia berlari dan menanyakan keberadaan suaminya,
“Dimanakah suamiku??”
Satu, dua orang telah ditanya sang istri dengan jawaban yang tak pasti,
“Suamimu pergi dengan wanita lain”. Sang istri hanya diam,,
“Suamimu? Untuk apa kau cari suamimu yang tak pernah mempedulikannmu?”
Sang istri menjawab,”Seburuk apapun dia, dia tetap suamiku”
Mereka tertawa lepas mendengar jawaban sang istri,
Ketika siang menjelang tiba-tiba suami datang dan berkata,
”Aku sedang ada urusan”
“Sampai tak ada kabarkah?” tanya sang istri.
“Aku benar-benar ada urusan.” jawab suami dengan lantangnya.
“Iya, aku mengerti. Begitukah caramu memperlakukanku?” jawab sang istri dengan berlinang air mata.
“Berulang kali kau berkata sanggup mengerti tapi kenyataannya tetap saja kau tak bisa mengerti?”
Kemudian istri menjawab, ”Memang hal yang kau sembunyikan dariku kali ini tidak terlalu penting. Tapi tolong sedikitlah berfikir kecemasannku mencarimu, sikapmu itu yang membuat aku semakin penasaran.”
“Penasaran? Aku memang ada urusan, yang punya urusan itu aku bukan orang lain. Tapi kenapa kau bertanya kepada orang-orang tentang keberadanku? Mereka jelas tak tahu, kenapa tak sekalian kau tanya pada orang tuaku agar aku dikira hilang?”
“Fikiranku benar-benar kacau, aku sakitpun tak ku pedulikan. Hanya untuk mencarimu. Tolong hargai sedikit saja perhatianku ini.”
“Setiap hari aku kau anggap tidak menghargai, lalu kau anggap apa sifatmu itu? Jangan berlebihan.”
“Aku tak tau. Aku berlebihan, aku tak menghargaimu, apa lagi? Itu yang sejak tadi kau ucapkan.”
“Terserah apa katamu!!”
“Sekasar apapun perlakunmu, kau tetap suamiku yang akan selalu aku bela, aku hargai, aku banggakan, dan aku jaga kehormatanmu dari orang-orang yang tak pernah suka melihat kita.”
“Kau jaga? Tapi juga kau jautuhkan.”
“Aku hanya menagis, apa itu salah?”
“Itu yang membuatku buruk dimata orang lain.”
“Setiap aku ingin bercerita selalu kau larang, aku menangispun tetap saja kau larang. Aku harus bagaimana?”
“Memangnya yang merasa seperti itu hanya dirimu? Aku juga, tapi lihat sendiri aku tak melakukan seperti apa yang kau lakukan, dan orang-orangpun tak ada yang tau masalah kita.”
“Itu masalahnya, tidak semua orang bisa sepertimu. Kalau aku adalah ibumu, apa kau tega mengucapkan hal seperti itu padaku?”
“Dan sebaliknya, kalau aku bapakmu apa hal seperti itu juga akan kau ucapkan? Semua orang sama, wanita ada yang tidak lemah, dan ada juga pria yang tidak kuat.”
“Kalau ada wanita lemah, akulah wanita yang lebih dari lemah, dan jika ada pria kuat, kaulah pria yang lebih dari kuat. Taukah kau mengapa dadaku sering merasa sakit?”
“Semua orang juga bisa merasakan itu!!”
“Tapi aku sudah diperingatkan dokter!”
“Jangan terlalu memikirkan masalah! Kalau kau tidak kuat, tak usah kau fikir masalah itu. Tapi aku sudah faham karaktermu, saranku tak akn pernah kau pergunakan. Hanya saran orang lain yang kau pergunakan”
“Bagaimana aku bisa menerima saran orang lain? Mengatakan masalahpun aku tak pernah,”
“Kau fikir aku buta?”, dengan emosi suami berkata.
“Terserah apa katamu,aku tak ada niat seperti itu. Kalau wanita lemah, keterlaluan, dan tak bisa menghargai seperti aku ini tak mampu membuatmu bahagia, cari lah wanita yang kuat yang lebih baik dariku, aku sudah tak kuat menghadapi keegoisnmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar